Irvan Syahril
SEWAKTU MELINTAS DI KOTAMU
Kotamu terbuat dari debu dan keluh kesah jalan raya
saban hari senantiasa ada yang menunggu di sepanjang
jalan, dengan kostum kembar dan mimpi tak terbayar.
Kotamu barangkali tak sempat mendengar keinginan
yang tertutup deru kendaraan dan mesin-mesin pabrik
di punggung kotamu bertumpuk jadwal lembur
mimpi hanya jadi pembatas hidup yang melelahkan.
Dari balik kaca bus mata mereka mewakili mata kotamu
murung dan hampir putus asa mengejar kemapanan
hari-hari tampak lusuh dan cemas menyeret mereka
bergulat dengan diri sendiri hingga titik akhir kata.
Kotamu tertegun melihat tangis mereka lebih mengiris
dari hujan, kotamu melamun bersama mereka dan hujan
ialah penguhubung keduanya yang tak saling bicara.
Serpihmimpi, 2021.