Wawan Tallawengkaar
Lobus
Aku melerai kekacauan di kepalaku
Menuliskan pesan di tembok-tembok berduri
Lalu belajar diam dari sajak-sajak pemecah batu
Jika malam tiba, aku menghangatkan tubuhku
di tungku masa lalu
Kemarau telah tanggal, sisa waktu menjadi basah
Rindu menakar hujan dari sebagian musim
Lalu menyeduhnya bersama masa kecilku
Aku menerjemahkan sepi dari ribuan buku puisi
Lalu menemukanmu sebagai jalan pulang
Demak, 23 April 20