Sapto Wardoyo
MARI KELUAR MENIKMATI MALAM
: kepada F
Mari keluar menikmati malam, barangkali sepi di tubuhnya akan bercerita tentang masa lalu, di mana kenangan menjadi serupa debu yang dihamburkan angin. Kita bisa menatapnya sembari menghayati luka yang hingga kini masih terasa perihnya. Adakalanya kita butuh kegelapan, ketika cahaya hanya mengingatkan tentang kekalahan, atau tembok-tembok kusam yang menghalangi pandangan.
Mari keluar menikmati malam, menjadi saksi ketika kota mulai menyembunyikan bisingnya pada sekotak sepi yang dipancarkan oleh benderang lampu jalanan. Biarkan saja angka-angka itu berguguran dari tubuh almanak, tanpa ada seorang pun yang melihatnya. Sementara di luar, kita menunggu sunyi kembali menepi, hingga pagi datang membawa aroma embun. Tak perlu mengais mimpi malam ini, dan bila esok sudah mulai menyuguhkan cahaya yang benderang, kita bersembunyi di balik mata yang terpejam.
Mari keluar menikmati malam, mengendapkan segala keluh kesah kehidupan pada keheningan yang akan kita seduh pada gelas-gelas minuman. Barangkali kita akan menemukan sedikit kebahagiaan, yang selama ini selalu kita tanyakan seperti apa warnanya. Lupakan jam dinding di kamar yang selalu berdetak dan memburu usia, serupa kenyataan yang selalu datang mengabarkan kepedihan demi kepedihan. Apa yang kita tunggu dalam kehidupan? Barangkali tak ada. Selain ancaman demi ancaman, lalu kematian!
Bekasi, 2022