Muslihat Para Anjing - D. Hardi

@kontributor 10/30/2022

Muslihat Para Anjing

D. Hardi

 


Ada tiga jenis anjing di kota ini: para pengendus, penyalak serang gila, atau penjaga setia. Mereka dapat saling terkam demi sepotong daging. Hanya sepotong daging belaka.

Mereka ada di mana-mana. Kau hanya mesti mengukur diri. Tahu posisi. Jangan harap anjing kurap ceking tiba-tiba naik ke puncak hierarki. Butuh disiplin dan kesabaran dan tentu saja, minim rasa iba. Satu dua mayat tergolek kaku di pagi buta yang masih tersaput embun bagai suar pemancar terang sekaligus ancaman; evolusi panjang sia-sia tak mengubah insting brutal pemangsa.

Jika asalmu dari Sisilia, datanglah ke Utara tempat para Dago berkumpul. Hampir setiap pelosok bisnis hitam mereka kencingi. Bersumpah setia, lalu ditahbiskan secara amico nostro menjadi anggota resmi. Jangan umbar gonggongan. Jangan sebut nama Vinnie Domino bila tertangkap dan tak mau istrimu menjanda; kau tak pernah tahu kapan nahas terbujur di belakang setir, atau di trotoar, atau di meja restoran, di kasur empuk sehabis malam panas dan liar bersama sundalmu dengan tiga lubang pelor di kepala.

Di Selatan, orang-orang menaruh gentar kepada Nolan, Sam si “Pencabut Gigi” Nolan. Kau akan melihatnya di bar lokal para darah Irlandia berkumpul setiap perayaan St Paddy’s Day—nyatanya tak kurang dari setiap minggunya. Lelaki bertopi Scally, bermata biru abu-abu, dengan seringai Jack Nicholson itu memesan racikan kornet dan kubis dengan segelas Guinness sempurna. Bercakap-cakap ringan. Memberi tip lebih untuk bartender. Lalu berjalan santai, menyapa oma-oma yang dikenalnya baik setelah membagi-bagikan paket roti dan keju ke warga sekitar. Hari yang terasa biasa hingga selanjutnya, kita tak pernah tahu berita di koran besok: mayat siapa yang mati dengan belasan luka dan raibnya gigi. Betapa sebuah foto yang teruk; berpose tanpa gigi.

Orang-orang tak sepenuhnya yakin musabab apa lelaki itu bebas berkeliaran di jalanan, meninju siapa pun perintang, mengangkangi hukum dengan penuh gaya.

“Itu karena Vicasso. Bayangan di setiap langkahnya. Lelaki yang tak suka mencari perhatian dengan banyak cakap kecuali semburan peluru dari pistolnya.” Pemuda pirang membuka omongan.

Konon, Vicasso mampu menembak jitu dari jarak jauh tanpa teropong apa pun. Matanya bagai elang. Perangainya dingin. Vicasso menghabisi seseorang seperti menghabisi potongan cannoli. Dia algojo paling andal. Tangan kanan Nolan. Semua yang dikerjakan hampir tanpa jejak, seumpama jilatan cannoli terakhir, bersih tak bernoda.

John Daniel terbunuh di depan anak istrinya saat hendak pergi ke kantor. Mobilnya meledak. Jaksa wilayah itu menangani kasus pemerasan yang menyeret nama Nolan. Bill Murphy, satu dari sedikit polisi jujur, tewas ditabrak lari ketika menyelidiki kasus penyelundupan senjata untuk gerakan IRA di benua seberang. Seorang kandidat senator bersumpah akan mengganyang geng-geng jalanan lewat konstitusi. Sehari setelah kampanye, Allan McChigan tewas diracun di sebuah acara amal.

“Kasus-kasusnya macet.”

“Anjing-anjing pengendus cuma butuh segepok daging.”

“Kenapa dia tak bergabung ke Utara?” Aku bertanya.

“Vicasso dari Naples. Mungkin sentimen kekerabatan, entahlah. Dia tak banyak bicara.”

“Sesulit itu menyentuh Domino.”

“Birokrasi Cosa Nostra ruwet. Banyak lapisan. Sedang Nolan, dia melihat potensi. Dua anjing liar kesepian cukup buas untuk menggenggam Selatan.”

Ditopang Vicasso, karier bandit Nolan beranjak dari penagih hutang dan tukang pukul mewujud bos jalanan. Anjing dari semua anjing. Domino menaruh segan buatnya. Meski lambat laun membikinnya gerah. Dari semua kelompok geng, hanya Nolan yang tak sudi membayar pajak. Pengaruhnya menggerogoti bisnis kokain dan judi pacuan kuda yang selama ini dia monopoli.

Maka Domino berniat menghabisinya. Namun setiap kali rencana itu dibuat, Nolan selalu berhasil mengelak. Dari perjamuan sampai upaya kerja sama. Dari sabotase hingga baku tembak di lorong-lorong. Dia seperti belut. Semua dinding ibarat telinga dan mulut. Pembisik yang lebih cepat dari angin. Sampai kaki tangan Domino kemudian terjebak, setengah ruas jari kelingking Nolan sisakan sebagai pesan. Sejak itu, perjanjian dibuat. Batas wilayah terpancang. Kekuasaan terbelah. Selatan mutlak milik Nolan.

“Beberapa tahun kami merajalela sampai terasa tak akan lama ….”

Warna langit cukup hangat kala itu. Trotoar agak sepi. Seorang kakek duduk, membalik-balik halaman koran. Vicasso keluar dari kedai kopi seraya mengunyah sesuatu. Melangkah dengan raut sumringah seolah nasib begitu mujur menaungi hari, tangan kirinya menjinjing bungkusan roti. Vicasso hendak membuka pintu mobil ketika seorang bersetelan sporty dengan topi merah sedang berjoging melintas, menyapa “Ciao”, tiba-tiba mengeluarkan revolver, dan … DOR! DOR! DOR!

Sang kakek mengerling, seakan mendengar sesuatu.

Vicasso ambruk. Jagoan itu ambruk.

“Siang bolong, siapa lagi. Kerjaan mafia.”

“Awalnya kupikir begitu. Semua kawan pikir begitu.”

“Awalnya?” pancingku.

Mickey mendengus pendek, “Jangan mencuri dari bosmu. Jangan meludahi tangan yang memberimu roti. Kupikir Vicasso paham.”

“Kita lagi bicara soal pembunuhan Kennedy?” selorohku, melirik jam Rolex di tangannya.

“Jangan melirik istri kawanmu.”

 “Evaline?”

“Jika Nolan tahu Vicasso bakal menusuk dari belakang, dia tak akan mungkin sering mengundangnya makan malam ke rumah. Dia tak mungkin meminta Vicasso menjaga keluarganya saat dia tak ada. Dia tak mungkin mengajaknya ikut pelesiran ke Vegas. Dia akhirnya paham, mengapa Evaline akhir-akhir ini sering memasak lasagna dan cannoli.”

“Kau begitu yakin.”

“Aku hanya yakin. Di balik kacamata hitamnya, dia memergoki Vicasso mencuri-curi pandang ke arah Evaline yang diam-diam pula telah jatuh pada pesona si Italia. Pada suatu hari, dia pasti memergoki Vicasso dan Evaline parkir di sebuah motel dengan mata kepalanya. Pasti. Aku melihatnya di pemakaman. Wajah itu. Semuanya tertunduk murung kecuali Nolan, berdiri dengan senyum tipis yang dingin. Raut Evaline terlihat sangat terpukul. Mereka bersitatap pandang dan Nolan melemparkan senyuman itu, senyuman tipis yang dingin.”

“Nolan bicara sesuatu?”

“Sehari sesudah pemakaman dia bilang padaku empat mata, ‘Musuh paling kuat kita bukan Domino, bukan polisi, bukan geng-geng mana pun. Musuh paling kuat kita sangat dekat,’ dia menunjuk dadaku.”

“Sungguh menggugah. Lantas kenapa kau menghubungiku?” selidikku, lagi-lagi melirik jam di tangan Mickey. Pukul 01.15. Malam dingin. Suasana sepi. Kendaraan yang melintas di jembatan hanya sesekali. Menyulut sebatang rokok mungkin menolong.

Well, tak banyak agen biro federal yang kukenal.”

“Pastinya.” Aku tersungging.

“Kita buat perjanjian. Aku bongkar semua rahasia Nolan. Kariermu naik. Wilayah Selatan jadi milikku.”

Wajah itu, sepotong wajah yang sangat percaya diri.

“Kau tak belajar dari Vicasso ….”

“Justru dari keduanya aku belajar. Waktunya pergantian rezim.”

Mickey melakukan apa yang tidak dilakukan Vicasso; dia berhasil membuka hubungan dengan kelompok Domino lewat rekanan bisnis. Pemain rentenir memperkenalkannya pada Bonni, bawahan Domino yang agak sembrono. Bergaya perlente dan sedikit kelihaian bercakap Prancis, cukup meyakinkan lelaki yang hobi teler itu untuk menyambutnya. Perlahan tapi pasti, Mickey menyelusup ke dalam jaringan. Mungkin telah sedalam itu; Domino akhirnya tahu dia orangnya Nolan yang berniat membelot.

Saking ingin melahap semua, dia rekrut orang luar. Saling memakai satu sama lain, walau tahu, tak semua hal yang kita mau bakal kita genggam.

Mickey menyebut nama-nama pemasok kokain beserta jalurnya padaku. Dia juga menyebut nama-nama aparat yang membekingi judi pacuan dan siapa saja yang terlibat dalam penipuan, pencucian uang, suap, dan pembunuhan. Dia tahu persis saksi dan bukti-bukti kejahatan yang bisa menyeret Nolan membusuk di penjara. Sebagai anak buah langsung, Mickey melakukan semuanya untuk Vicasso. Sebuah pembalasan. Hutang budi sejak Vicasso menariknya dari jurang melarat. Dari gang sempit rumah-rumah era Depresi.

Mickey hanya belum tahu, sebelum dia menghubungiku, Vicasso telah lebih dulu menghubungiku dan melakukan apa yang sekarang dia lakukan; Vicasso menyebut saksi dan bukti-bukti kejahatan yang bisa menyeret Nolan ke penjara dengan niat serupa, “Katakanlah permufakatan. Aku akan bongkar rahasia Nolan. Kariermu naik. Wilayah Selatan jadi milikku.”

Di sini kau tak boleh lengah sedetik pun. Kau mesti hargai apa yang kau punya. Aku masih mengingatnya di kepala. Bertahun-tahun lalu di tempat ini. Di sisi sungai, di bawah jembatan saat liburan musim panas berakhir. Gerombolan Tony menghajarku habis-habisan. Seorang anak melihatku dari jauh dan balik menghajar para bedebah sendirian. Dia tak kenal rasa takut. Tatapannya dingin. Sejak itu kami akrab, berteman di masa-masa sulit. Bocah Irlandia bermata biru abu-abu. Kesetiaan kami lebih dari hubungan darah.

Jangan pernah mencuri dari bosmu. Jangan meludahi tangan yang memberimu roti. Kau tak pernah tahu kapan nahas jasadmu terbujur di belakang setir, atau di trotoar, atau di meja restoran, di kasur empuk sehabis malam panas dan liar bersama sundalmu dengan tiga lubang pelor di kepala, atau tenggelam di aliran sungai, di bawah jembatan ini, di malam yang dingin nan sunyi.

Ada tiga jenis anjing: para pengendus, penyalak serang gila, atau penjaga setia.

Aku mungkin ketiganya.

 

 

Agustus, 2022.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »