Sihir Mata Penari Perut
S. Prasetyo Utomo
“APA yang akan
kaulakukan setelah bebas dari penjara?” tanya Baba1), pensiunan polisi,
pada Anka, anak lelakinya. Hampir berakhir masa penjara Anka.
“Aku mau menikahi
Azqila.”
“Nikah dengan
seorang penari perut?” Pensiunan polisi itu terbelalak, menahan diri. Ia tak
menduga sama sekali bila anak sulungnya akan menikahi penari perut itu. Ia
pernah bertemu Azqila di penjara, ketika gadis itu menengok Anka. Yang paling
menakjubkan dari seluruh penampilannya adalah sihir mata gadis itu –
menaklukkan siapa pun yang memandanginya. Tatapan mata itu serupa tenung.
“Apa yang salah
dengan seorang penari perut?”
Pensiunan polisi memandangi
anak sulungnya, yang seminggu lagi akan dibebaskan dari penjara kota kecil
Konya. Ia dulu menembak Saad di pelataran Mevlana Cultural Centre. Ia tak suka
pada imigran gelap asal Suriah yang seringkali menggoda Akila, adiknya. Tetapi
bidikan Anka tidak tepat. Peluru mengenai bahu kanan Orhan Fatih – lelaki
setengah baya – yang berjalan di sisi Saad. Orhan Fatih terjatuh. Tidak mati.
Lelaki setengah baya itu dibawa ke rumah sakit dan dapat diselamatkan. Anka
ditangkap polisi, diadili, dan dipenjara.
Seminggu lagi Anka
bebas dari penjara. Pensiunan polisi itu tak pernah menduga bila anak lelakinya
ingin menikahi Azqila, seorang gadis penari perut di Hodja Pasha, Istambul. Azqila,
anak angkat perempuan tua, pemilik
ladang delima di Pamukkale, dekat kota tua Hierapolis. Gadis itu mengembara ke
Istambul untuk menjadi bintang tari perut.
“Kau tak punya
pandangan gadis lain?” tanya pensiunan polisi.
“Apa yang salah
dengan Azqila? Ia setia menungguku bebas dari penjara.”
“Tidak ada yang
salah padanya,” tukas pensiunan polisi itu. “Aku bahkan mengenal ibu angkatnya.
Perempuan tua itu pernah berkunjung ke Mevlana Museum. Kami bertemu dan
berbincang-bincang. Malam harinya ia sempat nonton pergelaranku mementaskan
tari sema di Mevlana Cultural Centre. Ia kagum pada tarianku.”
Pensiunan polisi
itu bekerja sebagai satuan pengamanan di Mevlana Museum. Ia juga seorang penari
sema di Mevlana Cultural Centre, pentas tiap Sabtu malam. Ia tak bercerita pada
Anka, bila malam itu ia pulang bersama ibu angkat Azqila dari Mevlana Cultural
Centre. Ia mentraktir makan etli ekmek 2), dan minum ayran 3),
sebelum mengantarkan perempuan tua itu ke hotel tempatnya menginap.
***
AGAK gugup pensiunan
polisi saat melakukan perjalanan dari Konya ke Pamukkale dengan mengendarai
sedan tua. Ia masih tangguh menyetir mobil, bertiga dengan Anka dan Akila.
Pensiunan polisi itu telah ditinggalkan istrinya yang lari dengan lelaki lain,
tinggal di ladang gandum Pamukkale. Ia menempuh perjalanan selama lima jam
untuk mencapai kawasan ladang delima dekat kota tua Hierapolis. Tampak hamparan
pegunungan seputih kapas. Ladang delima orang tua angkat Azqila tak jauh dari peninggalan
kuil, arena teater, tembok kota dan kuburan batu serta air panas yang mengalir bening
sepanjang waktu.
Tepat siang hari mobil
tua pensiunan polisi memasuki pelataran rumah orang tua angkat Azqila.
Pensiunan polisi dan Akila mengantarkan Anka untuk melakukan lamaran. Mereka membawa
seserahan: bingkisan tekstil, paket coklat, baki silver berukir tempat dua
cincin, dan bunga untuk Akila.
Seorang lelaki
yang dituakan di Pamukkale memasukkan cincin ke jari manis Anka dan Azqila.
Kedua cincin itu diikat dengan pita merah. Lelaki yang dituakan itu menggunting
pita merah. Pensiunan polisi sempat mengamati wajah Azqila, dan terkesima
melihat sepasang mata gadis itu memancarkan sihir yang menaklukkan siapa pun
yang memandanginya. Sihir mata gadis itu menenggelamkan ketangguhan jiwa tiap lelaki
untuk takluk padanya. Pensiunan polisi itu tak tergoda sihir mata gadis penari
perut yang paling dikagumi di Hodja Pasha Istambul. Ia tersenyum samar. Senyum
itu seperti telah meluruhkan seluruh kekuatan sihir mata Azqila, yang segera
menghindar dari wajah calon mertuanya. Azqila tak berani berlama-lama
bertatapan dengan pensiunan polisi. Takut bila semua kedok penaklukkannya pada
setiap lelaki terbongkar.
Pensiunan polisi
itu kini paham, kenapa anak lelakinya tak bisa menghindar untuk menikahi
Azqila. Sihir mata penari perut itu seperti memancarkan roh dewi-dewi kota tua
Hierapolis.
***
MALAM hari setelah
melamar Azqila, pensiunan polisi tak pulang ke Konya. Ia mengikuti kehendak Anka
yang ingin menginap di sebuah hotel untuk menyaksikan pertunjukan tari perut
Azqila. Pemilik hotel telah memanfaatkan kepulangan Azqila ke Pamukkale untuk
menarik banyak tamu datang ke kafe dan restorannya, sebelum mereka menonton
pertunjukan tari perut.
Ruang
pertunjukan hotel yang cukup luas dipenuhi tamu-tamu, kebanyakan lelaki, dengan
aroma raki 4) yang tercium pekat. Ketika lampu dipadamkan, Azqila muncul
di panggung dengan rok terbelah, menampakkan kakinya yang ramping. Tiap orang
tersihir penampiliannya. Hentakan darbuka 5) dan gesekan dawai biola
mengiringi tarian Azqila. Bergetar bahu, dada, dan perut. Tubuhnya melikuk-liuk.
Jari-jemari lentik bertepuk-tepuk ritmis di atas kepala. Pinggulnya berguncang-guncang
mengikuti hentakan darbuka. Rambutnya disibak sesekali. Tengkuknya licin
dibintiki keringat. Rekah bibir dan sihir mata gadis itu memacu detak jantung
tiap lelaki yang memandanginya.
Tubuh
pensiunan polisi bergetar. Ia melihat lelaki setengah baya yang melarikan
istrinya berada di deretan kursi penonton. Di tangan lelaki setengah baya itu tergenggam
sebotol raki. Sepasang matanya terbakar birahi. Tak pernah berhenti
menatapi tiap getar tubuh Azqila, dan sesekali terangkat tubuhnya, ingin meraih
penari perut itu. Wajahnya memerah, mabuk raki yang ditenggaknya dari
botol.
“Lihat,
Baba, itu lelaki yang melarikan Anne 6),” bisik Akila, yang
memancing kemarahan Anka.
“Biar
kuhajar hidungnya!”
“Jangan
buat keributan di sini,” pinta pensiunan polisi.
Lelaki
setengah baya yang melarikan istri pensiunan polisi itu bangkit dari duduknya.
Ia memburu Azqila yang turun panggung, dan tanpa malu, membujuk penari perut
itu, “Ayo, temani aku tidur!”
Lelaki
setengah baya itu menghalangi langkah Azqila. Gadis itu tak bisa meneruskan
langkah. Anka meminta lelaki setengah baya untuk memberi jalan Azqila. Tetapi
lelaki setengah baya itu tetap merayu Azqila. Tercium aroma raki dari
mulutnya. Tak bisa menahan diri, Anka memukul muka lelaki setengah baya. Keras.
Lelaki setengah baya itu terpental. Terkapar. Bangkit lagi. Marah. Anka memukul
untuk kedua kali. Lebih keras. Lelaki setengah baya itu tergeletak. Anka
menginjak lehernya.
“Kubunuh
kau!” seru Anka geram. “Kaubawa lari Anne, sekarang calon istriku mau
kauganggu!”
Pensiunan
polisi mencegah Anka agar tak melakukan aniaya terhadap lelaki setengah baya.
Anka tampak geram dan beringas. Pensiunan polisi itu meredakan kemarahan anak
lelakinya yang tak terkendali. Azqila surut. Gemerlap sepasang matanya memudar.
Ia berlindung di balik tubuh kekar Anka, yang tampak sangat perkasa.
***
PAGI menjelang pulang ke
Konya, pensiunan polisi sempat berenang. Ia makan pagi, berkemas-kemas, dan Azqila
datang dengan taksi. Membawa sekeranjang buah delima. Pensiunan polisi
memandang wajah Azqila dan tak lagi memancarkan sihir mata. Sepasang mata gadis
itu teduh. Apa yang terjadi padanya?
Anka menyambut Azqila.
“Aku akan berhenti menjadi penari perut,” kata
Azqila dengan penampilan yang lebih tenang. Sepasang matanya lebih tenteram.
“Kau akan cari
kerja?”
“Tidak. Aku akan
menjadi penari sema. Di Hodja Pasha, aku bisa pentas penari sema.”
Tak percaya dengan
penampilan Azqila, pensiunan polisi mencari-cari sihir sepasang mata seorang
bintang tari perut di Hodja Pasha. Sihir mata itu telah padam.
Pensiunan polisi mengemudikan
sedan tua meninggalkan hotel dengan perasaan yang ringan. Dilihatnya Anka dan
Akila berwajah lebih tenang. Mereka meninggalkan hotel, hamparan bukit seputih
kapas, ladang-ladang delima, dan reruntuhan kota tua.
Sepanjang jalan
pensiunan polisi itu masih mengenang sepasang mata Azqila yang bening, tenang,
dan menenteramkan. Bukan lagi sepasang mata dengan sihir yang dirasuki roh
dewi-dewi kuil purba.
***
Pamukkale, Juli 2022 /
Pandana Merdeka, November 2022
Catatan
1)
Baba = ayah
2)
Etli ekmek = roti berisi daging, serupa pizza, khas
Konya.
3)
Ayran = minuman yang terbuat dari yogurt
dan susu
4)
Raki = minuman keras Turki, disuling
dari buah anggur atau plum.
5)
Darbuka = perkusi sejenis gendang dari Timur
Tengah
6. Anne = ibu