FOTO SEPEDA MASA KECILKU
Biarlah itu seperti seruan senjata api yang
menembaki anak-anak di kamp pengungsi,
melempar aku ke hari-hari yang dilumpuhkan—
kini, & ruji-ruji yang menjadi jarum arloji.
2005, di sadel sepeda kecilku, ada tangan ibu
dari masa depan memegang rahasia musim
perang & gita puja yang baru kutahu maknanya,
ransel Spider-Man milikku menyalakan cahaya
cinta dari punggungnya, & melalui tangan itu,
separuh dari usiaku pergi menuju rumah dalam
buku gambar: membersihkan kesepian di dapur,
menonton sinetron & kampung terbakar di TV,
mengenakan baju keluarga bertulis “Happy Family”
yang tidak pernah menjadi masa kini & masa lalu.
Biarkan sepeda itu menjaga album foto-foto ibuku
juga seorang lain menggendong bayi yang masih merah
tomat. Garis-garis wajah mereka dibungkam laras panjang—
tidak, di kepalaku semuanya terus menangis, seperti yang
ingin dilupakan kota: di trotoar & kolong jembatannya.
Biarlah itu sebagai penanda masa kecilku & suara
semua orang memanggil namaku yang tidak lagi
terdengar, tidak lagi diingat atau diketahui siapapun,
hilang bersama jeritan perempuan memeluk
hidupnya sambil mengucap ribuan maaf.