Fitri yang Berlandas Cinta Tak Bersyarat versi Rumi - Meilani Dhamayanti

@kontributor 4/23/2023

Fitri yang Berlandas Cinta Tak Bersyarat versi Rumi

Meilani Dhamayanti



Menjadi fitri tentu menjadi harapan umat Islam setelah menjalankan puasa satu bulan lamanya. Tiga puluh hari ruhani mendapat asupan amunisi hikmah berpuasa dan berbagi. Namun cukupkah hikmah puasa bertahan sepanjang waktu hingga kita bertemu ramadan berikutnya? Sedangkan konon jalan hidup tidak selalu lurus, penuh ujian. Ini sebuah pertanyaan kontemplatif yang menarik untuk direnungkan.

Idul Fitri menjadi momentum umat Islam setelah memasuki 'madrasah' pembinaan diri selama satu bulan. Puasa menjadi manifestasi peningkatan kualitas diri pada tataran hubungan dengan Tuhan (vertikal) juga sesama manusia (horizontal). Menjadi fitri (suci) merupakan harapan tertinggi sebagai muslim setelah lulus dalam madrasah Ramadan.

Lepas dari bulan Ramadan tetap menjadi tantangan bagi umat Islam untuk selalu istiqomah memegang hikmah puasa. Namun, ujian hidup kadang membuat manusia lupa. Hubungan vertikal dan horizontal membutuhkan keseimbangan. Idealnya hubungan horizontal akan berjalan manis bila berlandaskan hubungan vertikal yang baik.

Saya mengandaikan hubungan kemanusiaan yang berlandaskan kasih Illahi dalam bentuk cinta tak bersyarat atau unconditional love. Konon puncak ikhlas tertinggi adalah kita dapat mencapai kondisi ini dalam mencintai apapun dan siapapun sehingga bernilai ibadah. Karena cinta tak bersyarat merupakan manifestasi cinta kasih Illahi yang tanpa batas tanpa harap balas, seperti kita memberi bantuan pada orang tanpa mengharapkan balasan.

Menarik menyimak puisi Rumi tentang hal ini:

 

The minute I heard my first love story,

I started looking for you, not knowing

how blind that was.

Lovers don’t finally meet somewhere.

They’re in each other all along.

 

I said to the night,

‘If you are in love with the moon,

it is because you never stay for long.’

The night turned to me and said,

‘It is not my fault. I never see the Sun,

how can I know that love is endless?'

 

You are the Essence of the Essence,

The intoxication of Love.

I long to sing Your Praises

but stand mute

with the agony of wishing in my heart!

 

If I love myself

I love you.

If I love you

I love myself.

 

Lovers find secret places

inside this violent world

where they make transactions

with beauty.

 

Penegasan cinta tak bersyarat atau unconditional love terlihat jelas dalam dua bait terkahir puisi ini, terutama If I love myself | I love you. | If I love you | I love myself.

Pernahkah kita mengalami menjadi musafir atau pendaki gunung? Seberapa banyak air  yang dibawa? Sedikit air yang dibawa namun masih memampukan mereka untuk berbagi. Kasih sayang pada sesama manusia terwujud karena kasih Ilahi. Analogi cinta tak bersyarat bagi saya memang ibarat satu ceret atau botol yang berisi air mineral. Mengapa air mineral? Karena hanya air mineral yang kaya manfaat dibanding kopi atau teh. Bayangkan bila air tersebut diberikan pada siapapun yang sedang kehausan. Siapapun  tahu air mineral merupakan kebutuhan setiap insan, bukan kopi dan teh.

Kedekatan kita pada Tuhan adalah kebutuhan diri kita sendiri. Jika mau tubuh sehat tentu cukup air mineral. Kalau mau ruhani sehat harus dekat dengan Tuhan. Sementara itu teko atau botol saya ibaratkan adalah diri manusia. Manusia hanya wadah atau perantara dalam menyalurkan kasih Tuhan tanpa pamrih pada siapapun. Karena pemberian yang tulus itu menenangkan dan membuat hati kita bahagia.

Kita hanya adalah botol yang dapat kosong, karena terus menerus mengeluarkan air. Botol yang kosong tidak dapat mengeluarkan air. Bagaimana caranya agar botol terus terisi air? Kita mengisinya dengan bekerja agar botol dapat terisi kembali. Relasi baik dengan Tuhan, akan terus mendorong kita memberikan air pada yang membutuhkan.

Hakikatnya, air yang terisi dalam botol menjadi berkah dan penuh manfaat bagi orang lain. Dengan demikian hanya botol yang berisi air yang bisa kita berikan pada orang lain. Karena itu selalu isi teko kita dengan cinta tak bersyarat agar banyak manfaat.

Cinta tak bersyarat bukan hanya sekedar teko dan air, namun jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat luar biasa, berpijak pada tulus dan ikhlas dalam bentuk apapun. Pengalaman saya adalah pada keseimbangan dalam kemelekatan. Mengalami kemelekatan di usia yang tidak lagi muda sungguh di luar dugaan, terlebih pada orang yang belum begitu kenal karakternya dan belum ada perjumpaan. Kemelekatan yang sempat buat senewen dan over thinking dapat terlewati dengan keseimbangan diri, salah satunya melalui pemahaman cinta tak bersyarat atau unconditional love.

Mengembangkan cinta tak bersyarat pada realita memang butuh kelapangan seperti mewujudkan salah satu sifat Illahi dalam kehidupan.  Terus berbuat kebaikan pada banyak orang seperti cinta kasih Tuhan yang selalu memberi tanpa berharap balasan, karena pada dasarnya kebaikan dan cinta yang kita berikan pada orang lain akan kembali pada diri sendiri.

Percayalah bahwa kebaikan selalu berbalas kebaikan, dan, jika satu pintu tertutup pasti ada pintu lain yang terbuka. Satu hal yang terpenting adalah bahwa hidup terus menebar kebaikan agar banyak kebaikan menghampiri.

Menjadi Fitri setelah berpuasa, sejatinya dapat mewujudkan cinta tak bersyarat pada diri, di mana kepekaan sosial semakin lekat pada diri. Sejatinya cinta pada kemanusiaan mennjadi wujud cinta tak bersyarat atau unconditional love yang sesungguhnya.

Bukankah Tuhan bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim? Tuhan penuh kasih dan Maha Pemberi. Sebagai hamba dari yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim, semestinya kita membagikan cinta tanpa syarat pada sesama tanpa melihat status, golongan bahkan SARA.

Unconditional love atau cinta tak bersyarat menjadi manifest bahwa cinta itu nyata dan indah bila ingin berbagi kebajikan tuk sesama.

 

 

Jakarta, April 20, 2023

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »