Iyut Fitra
bagai penyair
ia bagai penyair mencemaskan kata-kata
kata tenggelam dalam keindahan tapi lupa pada pedih
hari memucat
menggigil
dalam rima palsu
melambungkan
mimpi di antara diksi-diksi basi
di
antara bangkai-bangkai kelaparan
kata-kata yang lupa tentang harga
orang-orang enggan memisah singgasana
pasar jadi bayang hantu
di hamparan cakrawala angin silang-siur. awan
kelabu
lalu hujan di sekujur bumi
kata yang mana mampu mengguyur sejuk selain airmata?
ia bagai penyair mabuk sanjung puja
di emperan beberapa orang melempar bulan
larik-larik haru itu tak membuat bulan jatuh
nasib
semakin lintuh
bait demi bait hanya barisan luka berlungguk
serupa kata-kata yang lupa cara berdoa
ia bagai penyair yang ditenggelamkan oleh bahasa
bahasa
kehilangan makna
kekerasan, kehancuran, kemiskinan
hanyalah susunan huruf yang tak mampu lagi
diterjemahkan
di hadapanmu, ia bagai penyair yang tak bisa berbuat
apa-apa