Iyut Fitra
jalan panjang
“jalan panjang ini, kelak, ada lembah yang teduh
lecut pincangmu untuk terus melangkah.”
ia mengeja kembali kata-kata itu
kata
yang tersimpan di berbagai harum kekasih
kata
yang bermunculan dari nganga orang kalah
menjelma burung berterbangan. mengukur waktu
dalam lembar tak terganti. sejarah hanya robekan
menidurkan mimpi para pencari. sebagian tersungkur
sebagian
lagi gugur
tak akan ada yang mampu mencatatkan nama
semestinya
selain laju yang terus lesat
serta rasa tertinggal betapa jauh
ia raba dadanya. sebuah ruang kosong
ia sentuh pincangnya. pasrah luluh lebam
tapi kata-kata terus mengiang
“jalan panjang ini, kelak, mungkin keseluruh sampai
pergi dan pulang sama diberi arti.”
ia pun berjalan. mencari beragam simpang
menuju
teduh dijanjikan