Khairuz Zaman NT
Bulan Separuh dalam Wajahmu yang Seluruh
Di luar rumah, malam jatuh dengan luka-luka baru,
nganga ingatan, dan derap sunyi di jalanan. Juga suara-suara paling dekat yang jauh,
dan getah doa di pohon mangga. Di sini, aku telentang.
Tangan tak lagi mampu melukis langit dan menulis kisah-kisah seorang pecinta.
Di kepala, kini hanya ada penghapus yang berusaha mengosongkan lembar
dan mengasingkan libur.
Tetapi malam terbuat tidak dari gelap melainkan suara dan kata-kata.
Mereka menyebutnya: kenangan-
suara dan kata-katamu yang bertalu jauh dalam diriku:
kau meminjamkannya dan tak mau bila hendak kukembalikan.
Sejak malam ini, aku bukan lagi aku. Seorang lelaki
adalah pohon mangga yang terpasung dalam akar-katamu
dalam tanah-suaramu yang terus menerus tengadah melihat wajahmu
tanpa mampu menunduk dan memejamkan muka,
hanya tahu cara menajamkan mata.
Dan setelah wajahmu seluruh dalam bulan separuh hilang
direnggut fajar. Aku akan sesegera mungkin beranjak,
berusaha menidurkan ingatan, bayang-bayang dan harapan
dalam kamar. Esok pagi aku akan bertemu lebih banyak orang
dengan wajah asing, bertamu pada suara-suara bising yang mungkin
akan mampu mengeluarkan penghapus yang gagal menghapus wajah dan suaramu
dalam kepalaku.
Annuqayah, 2023