Julia F. G. Arungan
DIA BERMAKSUD MENULIS SAJAK
.jpg)
Dia bermaksud menulis sajak sambil berusaha mengingat jejak: manakah yang lebih tikam dari terkam, lebih ngeri dari nyeri? Mungkin cinta. Ah dangdut bener, dah, pikirnya. Tapi, disetelnya juga kaset-kaset lama dari cinta pertama yang tua.
Ternyata, sajak tak ingin beranjak. Barangkali sejak diterkam tikam, nyerinya lebih ngeri dari puisi yang dibacakan sendiri.
Di jendela kamarnya, wajah cinta pertamanya menggertak sebelum luluh lantak. Ia patah hati, seperti ranting gemeretak dini hari. Lalu lamat di telinganya, sajak-sajak membisikkan satu rahasia, bagaimana caranya menjadi pelupa dan pendusta.
Lombok, September 2022
