CHUNG FA FUI KON
(di belinyu)
/1/
empat kitab lima pustaka yang mulia
takkan bangkitkan sang naga
dari lelap tidur panjangnya
sebab itu kita kudu berpaling
ke ufuk barat, ke ufuk barat;
tempat rel-rel kereta api dibangun
oleh tangan-tangan kasar para migran kanton
yang berbagi semangkuk nasi bertiga
“hoi, revolusi dapat terjadi di mana saja,
kapan saja, dalam hati siapapun,” kata sun wen
: meliuk-liuk suaranya seperti naga, melintasi kota,
pertanian dan ngarai, membelah gunung-gunung
dan hari itu, bertarikh masehi 1908,
saat batu pertama diletakkan
kita masih ingat seorang pemuda di shanghai
sembilan belas tahun usianya
yang mati dalam demonstrasi
menentang culasnya kongsi delapan negara
di kepalan tangannya: ada sekerat bakpao
dan sebait sajak penuh amarah
maka, di sini, di seberang lautan pun
revolusi harus digemakan
dalam hati setiap anak china
ajarkan mereka aljabar,
ilmu hayat dan ilmu bumi
ajarkan mereka setiap huruf hànyŭ
dan a-b-c-d
agar nanti, selamanya
tak takut lagi kita kepada bangsa asing
tak lagi ada negara feodal dan bangsawan
tak lagi ada kemiskinan
dan kita dapat berdiri tegak di timur…
/2/
ya, hanya bangsa besar
yang bisa maknai arti sebuah penderitaan
dan tak menginginkan perbudakan
hanya dengan ikhlas belajar
kelak kita bakal punya rel kereta,
bank, pabrik-pabrik dan tambang
karena itulah, sebelum
para dewa kembali ke langit
dan logat kita semakin ganjil
mari dengarkan petuah kongfucu
dalam bahasa inggris, mari baca lagi
kata-kata bijak lincoln dalam mandarin
seraya mengenang setiap tetes
kesedihan di hari tadi,
yang paham tabahnya rintik gerimis
: kepada dunia kita busungkan dada
—tak perlu ada kosa kata belanda!
/3/
dari waktu kini, kami pun membaca
sepenggal ingatan:
itu masa yang penuh bara, tapi juga lelah
jauh sebelum perang asia raya bagai topan
melanda, dan kebencian pribumi merajalela
lihatlah! kata ayah, ijazah yang kudapat
setelah sembilan tahun bersekolah
dan di sebuah buku tentang timah dan lada
kutemukan foto gedung sekolah
yang seolah tegak menentang masa
kubayangkan juga bendera mentari yang biru
di ruang kelas, tempat anak-anak
melayu dan china
kini belajar mengeja
ini ibu budi dan pancasila
ah, setelah enam lima,
setelah huru hara
masih juga kau sebut gedung itu
sekolah chung fa!
Belinyu-Yogyakarta, Agustus-September 2015/2023
*) Chung Fa Fui Kon (bahasa Hakka) atau Zhong Hua Hui Guan (Mandarin), di Indonesia lebih dikenal sebagai Tiong Hoa Hwee Koan (bahasa Hokkien).