Penerjemah di Sekitar Kita - Wawan Kurniawan

@kontributor 8/27/2023

Penerjemah di Sekitar Kita

Wawan Kurniawan



Urusan menerjemahkan mungkin bukanlah sesuatu yang ramai dibicarakan. Beruntungnya, di beberapa ruang, kita bisa menemukan sejumlah terjemahan bebas yang dilakukan para penerjemah lepas. Keberadaan berbagai platform atau media sosial membantu kita mengakses berbagai karya dari para penerjemah itu, mereka yang memulai untuk melakukan kerja-kerja penerjemahan. Motif mereka tentu berbeda-beda, ada yang memang dimulai dari kesenangan, gemar dengan cerita yang diterjemahkan, bagian dari latihan menerjemahkan dan menulis, dan alasan-alasan lainnya.

Ada beberapa orang yang rutin menerjemahkan dan menayangkannya di blog pribadi, ada pula situs sastra yang menerima terjemahan dan membuat kita bisa mengakses berbagai bacaan yang beragam dan menarik. Di luar dari buku-buku terjemahan yang dihadirkan berbagai penerbit buku, terjemahan-terjemahan yang berseliweran sebenarnya sangat membantu para pembaca. Beberapa penulis yang karyanya masih jarang diterbitkan biasanya kita dapati dari sejumlah terjemahan bebas itu. Hal ini juga bisa menjadi harapan berkembangnya bacaan dan beragamnya referensi bacaan yang bisa menyentuh khalayak. Tidak bisa dipungkiri, gap bahasa masih menjadi momok sebagian besar orang untuk menikmati karya-karya terbaik di luar bahasa Indonesia.

Dulu sebelum karya Etgar Keret diterjemahkan Penerbit Bentang Pustaka dan Penerbit Anagram, ada berbagai terjemahan karya Etgar Keret yang bisa kita temukan di media sosial. Mungkin secara tidak langsung, maraknya terjemahan juga memberi dorongan ke penerbit untuk melirik karya-karya yang jarang dibahas namun ramain diterjemahkan. Meski asumsi ini tidak begitu kuat lantaran biasanya penerbit punya caranya sendiri untuk menentukan apakah sebuah karya layak atau tidak untuk diterjemahkan.

Tapi dari segi pembaca yang ingin menemukan ruang baru dan segar, karya-karya terjemahan di sekitar kita bisa menjadi sebuah pintu. Hanya saja, tidak selamanya karya terjemahan yang ada di media sosial atau berbagai website dapat kita nikmati sesuai dengan harapan kita. Terkadang baik atau tidaknya terjemahan akan sangat bergantung dari keterampilan yang dimiliki penerjemah. Layaknya menulis, menerjemahkan adalah sebuah upaya yang butuh keseriusan dan ketekunan yang tidak biasa. Rasa bahasa saat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan butuh adaptasi sendiri. Misalnya saja, jika ada percakapan seorang anak bersama ayah atau ibunya, lalu si anak memanggil ayah dengan nama saja. Misal saat menemukan “Hai, Kelvin!” dan lanjutan percakapan lainnya yang serupa. Untuk konteks di Indonesia, yang menghormati ayah dan ibu, apakah penerjemah akan tetap setia atau memberikan kata bapak atau mengganti nama menjadi bapak saja?

Saya belajar dari Nurhady Sirimorok, seorang penulis sekaligus penerjemah. Dalam urusan menerjemahkan, saya kadang teringat pesannya “kau tidak harus setia!” diikuti bayang senyumnya yang khas. Tentu pesannya akan bergaung begitu lama di kepala saya dan kian terasa dekat saat saya mulai belajar menerjemahkan juga. Dalam buku yang berjudul, Why Translation Matters, yang ditulis Edith Grossman, pesan yang serupa juga disampaikan dan menjelaskan lebih lengkap.

“To my mind, a translator’s fidelity is not to lexical pairings but to context – the implications and echoes of the first author’s tone intention, and level of discourse. Good translations are good because they are faithful to this contextual significance. They are not necessarily faithful to words or syntax, which are peculiar to specific languages and can rarely be brought over directly in any misguided and inevitably muddled effort to somehow replicate the original.”

Penerjemah tentu tidak akan setia pada leksikal melainkan pada konteks. Ini yang menjadikan kerja atau proses kreatif penerjemah menjadi sesuatu yang tidak sederhana. Saat membawa konteks benua lain berpindah ke benua yang berbeda, urusan ini butuh keterampilan yang mumpuni. Pada titik ini, berbagai konteks terkadang menjadi sulit tersampaikan karena ketidakmampuan mengetahui berbagai kondisi yang ada dan terjadi dalam naskah asli. Terlepas dari kerumitan proses menerjemahkan, rasanya senang saat menemukan penerjemah-penerjemah baru yang mencoba dunia ini.

Semakin saya mencoba menerjemahkan dengan baik, di saat yang bersamaan saya merasakan dorongan untuk berterima kasih pada para penerjemah terdahulu atau mereka yang telah mengabdikan diri pada jalur ini. Di tengah keterbatasan kita dalam mempelajari berbagai bahasa yang beragam, para penerjemah berbaik hati dan mencoba membagikan hasil kerja mereka kepada pembaca.

Sayangnya, kerja-kerja penerjemah mungkin tidak begitu mendapat perhatian atau apresiasi, sehingga upaya yang serius dalam menghadirkan pertukaran wawasan atau gagasan kadang menemui berbagai hambatan dan tantangan. Setidaknya, ada tiga hal penting yang akan kita temui jika urusan penerjemah dan terjemahan kian berkembang di sekitar kita. Pertama, pertukaran gagasan yang kian beragam dapat memicu lahirnya kreativitas serta daya cipta yang lebih segar. Hal ini bisa kita lihat ketika mendengar banyak penulis besar yang tertolong atau mendapat pengaruh dari karya-karya terjemahan di luar bahasa asli mereka. Pablo Neruda misalnya, puisinya banyak dipengaruhi oleh puisi-puisi Amerika. Atau karya Gabriel Garcia Marquez yang banyak mendapat pengaruh dari William Faulkner dan James Joyce dan hal seperti ini seringkali terjadi di sejumlah penulis lainnya.

Kedua, tersedianya beragam bacaan dapat memantik daya tarik pembaca yang lebih luas. Sebab setiap buku atau karya kemungkinan akan memiliki pembacanya, tidak menutup kemungkinan karya-karya di benua lain akan mendorong para pembaca kita untuk mulai lebih menikmati bacaan yang ada. Hal ini tidak bermaksud menyepelekan karya di bahasa asli, namun keberagaman pendekatan atau cerita akan punya peluang lebih dalam menghasilkan efek tersebut kepada pembaca.

Ketiga, keberadaan buku-buku terjemahan juga bisa menjadi bahan untuk merefleksikan karya-karya bahasa asli kita sendiri. Hal-hal yang kurang atau tidak dikaji dengan serius kadang dapat kita pelajari dengan melihat referensi-referensi yang ada di belahan dunia lain. Sehingga, perkembangan wawasan pembaca dapat berkembang dan lebih kritis terhadap situasi dan kondisi yang ada. Di luar ketiga hal tersebut, masih ada banyak hal yang bisa kita temukan, namun setidaknya marilah kita terus memberi apresiasi pada penerjemah dan karya-karya terjemahan yang telah hadir di sekitar kita.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »