Zulhan Nurhathif
Berangkat ke Ladang
Malam telah habis
menyesak embun di tubuh daun
sedang orang-orang masih hanyut
di pinggir tungku mengawasi kabut.
“Kabut tak akan tuntas, kita
yang musti bergegas.” Kata Ayah,
sambil meraih cangkul
dan bakul berisi nasi jagung
pencekal lapar bila nanti ia berkunjung.
Aku membuntut di belakang
jalanan lengang menuju ladang
:tempat Ayah membangun pagi
dan hari yang tak pernah ia kuasai.
Perjalanan masih jauh
kabut berselimutkan dingin
memiuh ke tubuh.
“Sampai berapa lama Ayah akan melakoninya
pekerjaan yang tak bisa diterka hasilnya,
dan kenapa Ayah masih saja tabah
dengan upah yang entah?” Tanyaku tiba-tiba.
Al Ikhsan, Agustus 2023