GENEVA DALAM SENJA
Ada yang menunggumu
Dalam gigir mimpi pendeta tua
Hidup yang mahal dan kota yang anti sayap kiri,
masih dibayangi suara rasis.
Cahaya bulan mengintai parasmu yang muram gerimis
Para pekerja malam dari Bulgaria yang miskin
antre mencari nasib secara sembunyi,
sia-sia, sosialisme tinggal mimpi
tapi di tepi Sungai Rhone, di muara Sungai Arve
angin berdesis menjumpai musim semi
Ada yang menantimu di halte jantung kota
Seperti belibis berbaris
walau hidupmu sekelam magis gerimis
Seperti salju putih berguguran
aku datang padamu
dari jam yang kelu
Sudah berapa lama
Kau menunggu?
kereta kereta keranda yang beku
kehilangan arah tuju: arasiMu
Dunia kita semu dan Tuhan maha tahu:
yang tertusuk padamu berdarah padaku*
Di pinggir danau Geneva, kesunyian bertahan
seperti salju putih berguguran
aku datang padamu
dari dinding yang runtuh
Seribu cemara menggigil pada subuh yang luruh
Kau menghilang ke timur, ke tapal batas yang jauh,
musim pun melulur. Langit mengaduh: bintang bintang jatuh
2018- 2023
*) baris sajak ‘”Satu’’ Sutardji Calzoum Bachri