Makam Para Raja - Didik Wahyudi

@kontributor 10/01/2023

Makam Para Raja

Didik Wahyudi



Siapakah aku hingga harus mendatangi makam itu dan mengisahkannya kepadamu? Ah, semoga saja aku dapat menjelaskannya kepadamu nanti. 

Langsung saja. Aku mulai dari makam pertama, yakni makam Raja Berlian.

Letaknya di dekat satu-satunya pohon delima yang ada di pemakaman itu. Dari tahun di batu nisannya bisa diketahui bahwa makam tersebut merupakan makam tertua di sana.

Ada buku. Isinya kisah hidup si mati. Ditempatkan bersama kumpulan kitab suci di atas sebuah bangku. Pun rangkaian bunga. Dan foto-foto para pejabat yang pernah berkunjung ke sana. Dan asbak. Dan puntung rokok.

Raja Berlian adalah sosok yang gemar tertawa sepanjang hidupnya. Ketika kecil, ia tertawa sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari. Hal-hal yang membuatnya tertawa adalah hal-hal sepele saja. Ia bisa tertawa karena mendengar nada bicara seorang kusir istana yang melengking, atau pada daun dan akar-akar yang biasa dipakai oleh tabib istana sebagai bahan obat-obatan.

Ketika remaja, ia menderita gatal-gatal dan tak seorang tabib pun bisa menyembuhkannya. Sakitnya kian parah, namun kebiasaannya tertawa tak pernah surut.

Saat dayang istana datang di pagi hari untuk menyisir rambutnya, ia akan tertawa manakala melihat wajahnya sendiri di dalam cermin. Gatal-gatal itu telah menguasai sekujur tubuh dan wajahnya.

Suatu hari, seorang pemuda kampung datang untuk mengikuti sayembara. Orang-orang menertawakannya. "Pemuda kampung bisa apa?" kata mereka.

Dan, memang, saat ia benar-benar diberikan kesempatan, bukannya berhasil menyembuhkan, ia justru membuat penyakit gatal-gatal itu menular ke semua orang di istana hingga membuat istana berada dalam masalah yang serius.

Wabah gatal akut yang menyerang istana Raja Berlian itu pun akhirnya sampai juga ke telinga Raja Seberang yang kemudian mengirimkan sepucuk surat kepada ayah Raja Berlian. Isinya, ia meminta agar pertunangan antara anaknya dan Raja Berlian ditangguhkan hingga wabah berakhir.

Ia juga menyampaikan saran agar ayah Raja Berlian mengorbankan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya, jika ingin wabah itu berakhir.

Dan, sebaik-baik pengorbanan, kata Raja Seberang, adalah mengorbankan berlian kesayangannya.

Berhari-hari ayah Raja Berlian berpikir untuk mengambil keputusan. Ia paham, berlian terbaik yang dimaksudkan oleh Raja Seberang itu tak lain adalah permaisurinya, ibu Raja Berlian.

Namun, demi kebaikan semua pihak, ia tak punya pilihan lain, kecuali mengikuti nasihat Raja Seberang yang dikenal bijaksana.

Besoknya, dengan mata ditutup kain hitam, berlian itu rela menyerahkan dirinya pada sebuah tiang yang diberi atap dan dinding dari kayu-kayu cendana yang dibakar.

Tiga bulan kemudian, wabah gatal-gatal itu benar-benar berhenti. Dan suatu hari, saat bulan bulat sempurna, ayah Raja Berlian memutuskan untuk turun tahta dan mengasingkan diri. Tahta kerajaan ia serahkan kepada anaknya: Raja Berlian.

Perintah pertama yang diberikan oleh Raja Berlian adalah agar kerajaan segera mengirimkan dua orang utusan kepada Raja Seberang untuk mengucapkan terima kasih sekaligus meminta agar penangguhan hubungan pertunangannya dengan putri Raja Seberang dicabut.

Namun sayang. Pucuk dicita, ulam entah ke mana.

Raja Seberang telah menjodohkan putrinya dengan pangeran dari kerajaan Kemuning. Dua utusan Raja Berlian dipulangkan dalam bungkusan kain kafan. Dan sebuah pesan. Bunyinya: "Yang membunuh ibunya akan membunuh seisi dunia."

Tak terima atas perbuatan Raja Seberang itu, dengan tertawa, Raja Berlian memimpin pasukan untuk menyerbu kerajaan Seberang.

Namun belum sempat berperang, Raja Berlian lebih dulu mati di tengah perjalanan. Raja muda itu tersedak biji buah salak yang dihadiahkan oleh seorang petani kampung.

Sekarang, makam yang kedua: makam Raja Gila.

Sebuah kesalahan pemrograman pada uji coba mesin waktu di tahun 3001 membawa seorang pemuda sontoloyo jebolan Fakultas Teknik ke tengah perang saudara.

Karena sontoloyo, ia pun tenang-tenang saja dan segera bisa menyesuaikan diri. Ia hanya mabuk-mabukan tidak membunuh siapa-siapa dalam perang itu, tetapi ia segera menjadi seorang penguasa setelah perang berakhir untuk kemenangan kelompoknya.

Hal ini terjadi lantaran para pemberontak itu tidak mempunyai seorang pemimpin yang dominan. Sehingga, sesuai kebiasaan lama, mereka pun mengadakan pemilihan raja dengan cara adu kecerdasan sebagaimana yang telah diwariskan oleh para leluhur.

Setiap calon bergantian mempresentasikan kecerdasan mereka.

Dan, manakala si pemuda sontoloyo memaparkan masalah penjumlahan dan perkalian bilangan sederhana, mereka terpukau. Pemuda sontoloyo itu dipercaya sebagai utusan dewa dan dinobatkan sebagai raja tanpa gelar. Sebab, mereka percaya gelar hanya akan membuat seorang raja terlalu eksklusif dan berjarak dengan rakyatnya.

Singkat cerita, kelak, setelah proyek ambisius pembangunan penangkal petir di wilayah istana rampung tanpa korupsi, pemuda itu kemudian menemukan jalan untuk kembali ke masanya.

Ia pergi dan ia tinggalkan sepasang sepatu karet, sebuah t-shirt berwarna putih, sebungkus permen Pagoda, dan sepotong celana jeans yang biasa ia kenakan sebagai kenang-kenangan.

Para pembesar kerajaan yakin raja mereka telah mati dan dewa-dewa mengangkat jenazah pemuda mulia itu ke langit.

Maka, sebagai ganti jenazahnya, mereka memutuskan untuk memakamkan peninggalan si pemuda. Mereka menuliskan nama "Raja Gila" di batu nisannya. Hal ini karena si pemuda kerap diketahui mengucapkan kata itu bila ia menemukan hal-hal yang mengagumkannya.

Tetapi sudahlah, sudahlah. Kesampingkanlah dulu tentang Raja Gila itu. Sekarang, baiklah aku kisahkan tentang makam selanjutnya: makam ketiga.

Makam ketiga memiliki sebuah kubah berwarna emas. Beberapa perkakas dari perak tertata rapi di bagian dalamnya. Dan yang paling mencolok adalah arca seekor anak rusa.

Makam itu adalah makam Raja Dermawan. Di masa hidupnya, ia memang suka bersedekah.

Ia bersedekah ketika pagi dan sore hari. Ketika duduk atau sedang berdiri. Ketika berjalan atau saat berdiam di kamarnya seorang diri. Ia bersedekah uang dan perhiasan. Ia bersedekah makanan dan minuman. Ia bersedekah kepada manusia. Ia bersedekah kepada semut. Dan ia, tentu saja, bersedekah kepada seekor anak rusa bermata empat yang ia peroleh dalam sebuah perburuan.

Lalu bagaimanakah akhir hayat Raja Dermawan? Raja Dermawan meninggal karena memakan buah durian yang telah ditaburi racun - tidakkah ini kematian yang ganjil bagi seorang ahli sedekah?

Oleh sebab itu, dapatlah dimengerti analisis si penyusun kitab, bahwa Raja Dermawan memang sengaja bunuh diri. Hal itu dilakukannya agar tak ada seorang pun yang menganggapnya sebagai manusia suci sesudah kematiannya.

Sebab, menurut si penyusun kitab Raja Dermawan, ia menemukan sejumlah petunjuk mengenai rencana sekelompok bangsawan pesolek untuk mendewakan Raja Dermawan guna meraih keuntungan.

Sekarang, anak muda, makam terakhir: makam keempat, makam yang terbuka.

Meskipun sepintas makam itu tampak sama seperti makam raja-raja lainnya, tetapi makam itu tidak pernah dipakai untuk menerima jenazah. Liang kuburnya dibiarkan terbuka sehingga kita dapat melihat bagian dalamnya yang melompong.

Aku memasuki liang itu dan menidurkan tubuhku di sana. Aku bermimpi. Mimpi yang tidak biasa.

Makam kosong itu dahulu disiapkan untuk jenazah seorang putri yang mati lantaran dibunuh. Meski bisa diduga bahwa pembunuhnya adalah ayah putri itu sendiri, tapi di dunia kita ini tak akan ada seorang pun yang sanggup membayangkan kisah sekeji itu.

Kata-kata itu bukanlah kata-kataku, melainkan kata-kata yang terdapat di dalam kitab. Aku sendiri mempunyai pikiran tertentu mengenai kematian itu.

Namun hal ini tidak perlu aku perjelas. Aku sekarat. Tak punya cukup waktu untuk berlama-lama.

Seperti kukatakan tadi, mimpi yang kualami di dalam liang itu adalah mimpi yang tidak biasa. Bermula dari mimpi itu lahirlah kisah memalukan tentang sebuah batu keramat yang segera engkau ketahui.

Aku berjumpa dengan seorang gadis kecil yang sedang bermain di tepi sungai. Rambut anak itu diikat kepang dua. Dengan sebilah ranting, anak itu menggambar sesuatu di atas tanah. Aku mendekat dan melihat bahwa gadis itu sedang menggambar seekor domba.

"Apa kau ingin makan daging domba, gadis kecil? Akan aku carikan untukmu."

Aku berbicara kepadanya. Tetapi anak itu tidak menjawab. Dengan ranting yang sama, ia kemudian menggambar sesuatu yang lain.

Mula-mula aku kira dia sedang menggambar kepiting, tetapi segera aku sadari bahwa gadis itu menggambar seekor kalajengking. Gambar itu tiba-tiba hidup dan bergerak dengan cepat. Binatang kelam itu merambat naik ke kakiku sebelum aku sempat menghindar.

Aku terbangun karena takut dan buru-buru meninggalkan makam keparat itu.

Karena teledor, aku menjatuhkan sebuah batu akik dari saku. Batu itu sengaja aku kantongi untuk menahan perutku yang memang sedang sakit agar tidak buang air besar melulu.

Pada suatu hari, seorang ahli tirakat menemukan batu itu dan setelah menjualnya kepada seorang saudagar kaya raya, batu itu ditempatkan di dalam sebuah wadah emas dengan empat buah berlian di ke empat sudut atasnya karena dianggapnya batu bertuah.

Ia merawat batu itu dengan baik. Dan secara rutin memberinya minyak wangi.

Sekarang, anak muda, kau tentu bertanya-tanya, apa hubungan keempat makam itu dengan dirimu sehingga aku harus mengisahkannya kepadamu.

Ketahuilah, bahwa kisah keempat makam itu bukanlah kisah milikku. Kisah itu aku dengarkan dari seorang lelaki tua yang kesepian menjelang kematiannya. Ia meminta aku mengisahkannya sebagai wasiat untukmu.

Engkau adalah cucu kesayangannya. Engkau yang paling potensial, katanya. Temukanlah pesan-pesan penting di balik kisah itu. Dan, bila kau anggap perlu, temukan juga aku. Apakah aku seorang juru rawat, atau seorang ibu yang melahirkanmu. Bantulah aku menemukan seseorang atau sejumlah aku.

(2023)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »