Tjahjono Widijanto
SYAHWAT SUNGAI
1/
bulan abu-abu dibasuh malam dari rahim langit gelisah
raung bandang kali merangkak di ujung-ujung nafas bersama kiblat-kiblat rindu
gericik air berebutan mengetuki punggung-punggung batu
di tepian sebelum lampus bersama rimbun bayang pohonan
aku gagap menerjemahkannya dalam sajak yang gelisah
di ujung sungai ini aku mabuk menghikmati heningmu
seperti nelayan dihantam bandang merindu tatap mata ikan
jalan pulang terasa makin jadi samar dan gemetar
aku hanyut dalam alirmu dirajam rindu tak tuntas-tuntas
2/
milik siapa raung sunyi sungai ini?
memantul-mantul, membakar dada jadi alas yang membara
aku coba menerjemahkannya dalam patahan kata-kata
melesat serupa bintang-bintang dipucuk-pucuk langit yang murung
mengembara dalam gigil kelam cuaca yang kejam
serupa petualang tanpa peta terengah-engah di tengah cuaca
sesekali tergelincir bandang arus kali,
serumu, “Aku di sini..!”
berkali-kali menggapai namun tak sampai
hanya duri terggenggam berkali-kali
3/
di kedung kali aku mengejar aksara-aksara bisu
berputar-putar tanpa hilir dan hulu terbungkuk-bungkuk
memanggul cinta yang tumbuh sebelum ajal mendekam
di puncak malam kubakar dupa dan sejumput tembang
bersamanya bulan ambyar di jantungku
sealir syair mengalir mengambang ke ujung-ujung langit
sebelum subuh yang ranum muncul di sisa malam yang rabun
mihrab dalam jantungku menjelma alas berkobar-kobar
Ngawi, 2022/2023