Iyut Fitra
segala yang tertimbun di dalam peta
malam jualah biang dari kelam
gugu burung hantu
gelisah berdiam di perapian
di tungku-tungku kecemasan
ada yang berlindung di balik nama kekasihnya
ada yang menunduk tak bangkit-bangkit dari doa
mencari-cari sesuatu
yang sesungguhnya tak pernah hilang
“segala yang dicari barangkali telah tertimbun di dalam peta
bila matahari menjauh, siang akan terasa lebih rapuh!”
ia baca kalimat tersebut di mata bocah-bocah yang tak memiliki airmata
di trotoar-trotoar penuh lubang
di angkutan kota tak lagi berpenumpang
lalu memeluknya diam-diam
diam-diam ia semakin fasih memeluk malam
laron mencari tiang
jangkrik dan kunang-kunang
ada yang mencium-cium warna bulan
ada yang menahan dingin dari selimut kelam
serupa album lama. bergabuk kian kabur gambar-gambarnya
“jangan pernah takut pada kegelapan
karena siang juga penuh dengan kemalangan!”
ia dengar nasihat itu dari orang-orang yang diusir dari tanahnya
dari orang-orang yang kehilangan cita-cita
dari kampung-kampung yang telah berganti nama
ia pun mengangguk diam-diam
esok terang pasti datang