Agus Manaji
Alangkah Majenun Mencintaimu
-Jogja
Alangkah majenun mencintaimu
dengan perasaan asing yang terus berimbuh
seperti timbunan sampah tepian jalan di ujung subuh
meruapkan partikel-partikel bau busuk jejak manusia
ke udara yang beterbangan sarat karbon dan dusta?
Siapakah engkau, Kekasih? Telah kusalin igauanmu
searah denyut sungai darah
kupeta mimpi-mimpimu ganjil, yang benderang kilau
pada papan-papan iklan dengan garis-garis arsiran haru
agar aku senantiasa tahu gunung Merapi beringsut pilu
dan diam menahan diri menolak amanah itu.
Kueja spasi-spasi sepi dan bukan kebersamaan
sembari menandai remah-remah ketulusan
pada pertemuan-pertemuan tak terduga: bakul-bakul sayur pasar,
penjual bakso keliling, anak-anak sekolah, atau tukang becak
meski aku selalu gagal menyematkannya dalam bait-bait sajak.
Menempuh jalan menurun ke selatan saban pagi
ritus memakmumi tarikan gravitasi, menaut rindu
sepanjang sumbu: laut selatan, panggung krapyak, kraton,
dan tugu golong gilig, lalu membaca getaran kawah
pada seismograf yang pilu. Berkisar-putar,
kupilih bebutir debu yang lekat di wajah
menarik garis parallel dengan sumbu, sembari mencari jejak Umbu,
Emha, Linus dan Iman di trotoar jalan puisi Malioboro
yang kini lengang. Adakah selain penyair, sanggup setia
membalut luka dan mengekalkan kehilangan-kehilangan
dengan senyuman dan gema kesunyian semata?
Tak ada yang tersisa dari deru awal abad lalu
pada ruang-ruang kelas bekas Princess Juliana School
selain sebatang lokomotif hitam tua terdampar di sudut halaman
tanpa jadwal keberangkatan dan kepulangan. Meski kini, anak-anak itu
masih sempat mengukir nama kekasih dalam bingkai
gambar daun hati di meja kayu, atau dalam buku
di antara catatan penuh rumus dan angka yang merayu.
Di situ, di balik daun-daun jendela raksasa, majenun
menghayati cinta lewat tempias berkas cahaya, mengeja kehadiranmu
temaram berpendaran memelukku seperti lembayung langit senja.
Lalu, apakah arti jarak ketika bayangmu hanya timbul tenggelam
di antara gedung-gedung hotel, jalinan kabel listrik
dan rencana tata kota tak terbaca?
Alangkah majenun mencintaimu, Jogja
tanpa riwayat penuh, tanpa silsilah utuh?
Sekadar mengarus bersama Kali Code
merayapi lembah-lembah selayak menanam sujud
di kening sajadah? Saban sore, ke utara,
lurus ke utara, kuusung pulang pertanyaan-pertanyaan
tak berjawab, mendaki rasa rindu dan kehilangan
mengembangkan sepasang lengan keseimbangan:doa-doa
tengadah dan senyuman-senyuman untukmu
yang kutitipkan pada siapa saja
yang kutemu sepanjang jalan.
2023.
Note:
1. Beringsut: Al Quran surah An Naml ayat 88, Artinya: Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Amanah: Al Quran Surah Al Ahzab ayat 72, artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. Al-Ahzab: 72).
3. Princess Juliana School: PJS atau Prinses Juliana School adalah sebuah sekolah kejuruan teknik yang pertama didirikan Belanda di Yogyakarta pada 1919. Sekarang kompleks bangunannya menjadi SMKN 2 dan SMKN 3 Yogyakarta.