Muhammad Ade Putra
Pulang II
: dari dalam sebuah diri
Kuajak ia bicara,
anak kecil yang di ujung celananya
masih membekas sisa ompol terakhir,
sebelum kasurnya dijual murah
untuk makan dua hari.
Matanya memendam kantuk,
berkabut seperti kaburnya masa depan.
air muara meluap di sana.
tangannya mengering,
setelah puas memungut sisa tawa
dan remeh-temeh lelucon tidak lucu milik orang kaya.
Mereka sesuka hati membuang segala doa sembarangnya:
ke teras, halaman, tanah lapang,
rumah ibadah, sekolah, mal
dan gedung tinggi pemerintahan.
sedang anak itu,
hanya mampu mendongak langit tinggi
dengan dingin tipis di bawah kaki.
Kulihat pundaknya melebar
perutnya lapar
dan batang pundaknya terkapar
kulihat ia pelan-pelan,
sebentar lagi ia akan terdampar
di ujung nama sebuah kota.
Tapi ia bilang, ia akan baik-baik saja.
entah kepada siapa ia berbicara.
2024