Imam Budiman
Menyaksikan Kisah Akhir Dua Bibliofil
—la casa de papel
-profesor bluma-
Perempuan paruh baya itu naik ke surga semakin lekas
tanpa balon gas atau spacex atau burak—atau sejenisnya
lantas emily dickinson meraih tangannya sebelum dicegat
semacam malaikat penyiksa manusia-manusia pemurung.
Ia menjumpai ilah dengan ratusan puisi yang dipilah
kenangan masa kecil, seutas cinta, kastil cambridge.
Tetapi kesialan memang tidak pula mengenal alamat pasti
belum sempat berkemas, ia merelakan dirinya digilas roda
hanya buku puisi yang masih terbuka di tangannya—bercak
darah masih menempel di marjin paling atas halaman tiga.
Betapa cita-cita tercapai sudah, penuh segala pengabdian
kepada kata dan bahasa sebagaimana kelakar yang kerap
diutarakannya: sastra tak hanya memberi kita hidup
—melainkan
juga kematian.
-carles brauer-
Dan lelaki itu kini tenggelam dalam lautan indeks, menyalin
dini hari ke pekan, yang dirumuskan atas kehendak ilusinya
sendiri. ia tak pernah percaya bagaimana katalogisasi milik
perpustakaan kota, yang kaku dan membosankan itu
dapat bekerja dengan efektif pada rak-rak buku.
Ia mencintai buku-buku melebihi dirinya sendiri—sebelum api
terkutuk membawa kabur mimpi-mimpinya. buku menjelma
karib makan malam, dengan steik tenderloin kelas dua
beserta seloki anggur putih dari mendoza.
Ia menyusun buku-buku, sedemikian bernyali, menjadi teman
tidur di malam-malam berikutnya. tetapi, kesepian dan putus
asa mengantarkan buku-buku pada sebuah beting yang jauh.
Hanya nelayan, anak-anak tak bersekolah, serta badai yang
kapan saja bisa membunuhnya. sebuah rumah, tersusun
dari buku; pintu, jendela, kusen dan sedikit hidupnya.
2024